Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang
membangun karya itu sendiri. Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur
yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antar bebagai unsur
intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud.
Unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah novel antara lain peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, bahasa atau gaya bahasa dan lain-lain.
Unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah novel antara lain peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, bahasa atau gaya bahasa dan lain-lain.
Adapun analisis novel ini dilihat dari unsur intrinsik adalah sebagai berikut :
1. Tema
Adapun tema dari novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi adalah pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari latar tempat yaitu di pesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah belajar. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel berikut :
Adapun tema dari novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi adalah pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari latar tempat yaitu di pesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah belajar. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel berikut :
“Bagai sebuah konspirasi besar untuk mencuci
otak, metode total immersion ini cocok dengan lingkungan yang sangat mendukung.
Tidak cukup dengan itu, entah siapa yang menyuruh, banyak diantra kami yang
membawa kamus. Kalau bukan kamus cetak, kami pasti membawa buku mufradhat, buku
tulis biasa yang dipotong kecil sehingga lebih tipis dan gampang dibawah
kemana-mana. Murid dengan buku mufradhat ditangan gampang ditemukan sedang
antri mandi, antri makan, berjalan, bahkan di antara kegiatan olahraga
sekalipun.( hal. 133-135 ).”
2. Plot/Alur
Alur dari
Novel ini adalah alur maju mundur. dimana cerita adalah kilas balik ingatan
tokoh utama akan masa silam ketika menimba ilmu di Pondok Pesantaren Madani
hingga membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa kini.
Kutipan
Novel :
Washington
DC, Desember 2003 jam 16:00
“Iseng
saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung
telunjuk kananku. Tidak jauh, tampak The Capitol, gedung parlemen Amerika
Serikat yang anggun putih gading, bergaya klasik dengan tonggak-tonggak besar.
Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbangun jauh ke masa lalu. Masa yang sangat
kuat terpatri dalam hatiku (hal 1). Aku tegak di atas aula madrasah negeri
setingkat SMP. Sambil mengguncang-guncang telapak tanganku, Pak Sikumbang,
Kepala Sekolahku memeberi selamat karena ujianku termasuk sepuluh yang
tertinggi di Kabupaten Agama (hal 5).”
London,
Desember 2003.
“Gigiku
gemeletuk. London yang berangin terasa mengigil dari Washington DC. Dulu kami
melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Setelah
kami mengarahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan do’a, Tuhan mengirim
benua impian kepelukan kami masing-masing. (hal 405)”
3. Tokoh dan Penokohan
Adapun
tokoh dan penokohan pada novel tersebut adalah :
a. Alif (tokoh utama) dalam novel ini adalah
tokoh yang protagonis. Alif digambarkan sebagai sosok generasi muda yang penuh
motivasi, bakat, mau belajar, bersungguh-sungguh, selalu ingin perubahan,
semangat untuk maju dan tidak mudah pasrah.
b. Baso, yang berperan sebagai tokoh
protagonis. Baso merupakan teman Alif yang rajin dan paling disiplin jika
disuruh ke masjid.
c. Raja dalam novel ini juga sebagai tokoh
protagonis, teman Alif sesama sahibul menara.
d. Said dalam novel ini juga sebagai tokoh
protagonis, teman Alif sesama sahibul menara.
e. Dulmajid dalam novel ini juga sebagai
tokoh protagonis, teman Alif sesama sahibul menara.
f. Atang dalam novel ini juga sebagai tokoh
protagonis, teman Alif sesama sahibul menara.
g. Ustad Salman dalam novel ini sebagai tokoh
protagonis. Wali kelas Alif, laki-laki muda bertubuh kurus, bersuara lantang,
dan selalu memotivasi santri-santrinya dalam segala hal yang positif.
4. Latar/Setting
a. Latar tempat
Latar
tempat dari novel ini yaitu Pondok Pesantren Madani. Dapat dilihat pada kutipan
novel berikut :
“Pondok
Madani diberkti oleh energi yang membuat kami sangat menikmati belajar dan
selalu ingin belajar berbagai macam ilmu. Lingkungannya membuat orang yang
tidak belajar menjadi orang aneh. Karena itu cukup sulit menjadi pemalas di PM.
(hal. 264)”
b. Latar waktu
Latar waktu
yang terjadi pada novel ini adalah banyak yakni pagi, siang, sore dan malam.
5. Sudut Pandang
Dalam novel
ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan tokoh
utama selalu menyebut dirinya dengan kata aku.
Kutipan
Novel :
“Aku
baca suratnya sekali lagi. Senang membaca surat dari kawan lama. Tapi aku juga
iri. Rencana masuk SMA-nya juga rencanaku dulu. Aku menghela napas dan menatap
kosong kepuncak pohon kelapa. Aku tidak boleh terlambat lagi. Aku kapok jadi
jasus. Aku jera menjadi drakula. (hal. 102-103)”
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa
yang digunakan penulis dalam novel ini sangat inspiratif. Dari tiap
kata-katanya kita merasakan kekuatan pandangan hidup mendasari bangkitnya
semangat untuk mencapai harga diri dan prestasi.
Dapat
dilihat kutipan novel berikut :
“Dulu
kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Aku
melihat awan yang seperti benua Amerika, Raja bersikeras awan yang sama
berbentuk Eropa, sementara Atang sangat percaya bahwa awan itu berbentuk
Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedang Said dan
Dulmajid awan itu berbentuk peta negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak
takut bermimpi. Meski juga kami tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi
lihat hari ini, setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan
doa, Tuhan mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing. Kun fayakun,
maka semula awan impian, kini hidup yang nyata.”
7. Amanat
Adapun
amanat dalam novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi
pembaca untuk tidak mudah putus asa dalam hidup dan dimanapun kita berada
semoga selalu bermanfaat bagi diri kita sendiri, keluarga, lingkungan
masyarakat, bangsa dan agama. Serta selalu membuat perubahan positif pada diri
melalui rencana dan impian hidup yang telah ditentukan.
Seperti
kutipan berikut ini :
“Jangan
pernah remehkan impian walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil.”
Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar