Kamis, 20 Desember 2012

Unsur Intrinsik Novel Negeri 5 Menara


Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antar bebagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud.
Unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah novel antara lain peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, bahasa atau gaya bahasa dan lain-lain.

Adapun analisis novel ini dilihat dari unsur intrinsik adalah sebagai berikut :
1.    Tema
Adapun tema dari novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi adalah pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari latar tempat yaitu di pesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah belajar.
Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel berikut :
 “Bagai sebuah konspirasi besar untuk mencuci otak, metode total immersion ini cocok dengan lingkungan yang sangat mendukung. Tidak cukup dengan itu, entah siapa yang menyuruh, banyak diantra kami yang membawa kamus. Kalau bukan kamus cetak, kami pasti membawa buku mufradhat, buku tulis biasa yang dipotong kecil sehingga lebih tipis dan gampang dibawah kemana-mana. Murid dengan buku mufradhat ditangan gampang ditemukan sedang antri mandi, antri makan, berjalan, bahkan di antara kegiatan olahraga sekalipun.( hal. 133-135 ).”

2.    Plot/Alur
Alur dari Novel ini adalah alur maju mundur. dimana cerita adalah kilas balik ingatan tokoh utama akan masa silam ketika menimba ilmu di Pondok Pesantaren Madani hingga membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa kini.
Kutipan Novel :
Washington DC, Desember 2003 jam 16:00
“Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku. Tidak jauh, tampak The Capitol, gedung parlemen Amerika Serikat yang anggun putih gading, bergaya klasik dengan tonggak-tonggak besar. Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbangun jauh ke masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku (hal 1). Aku tegak di atas aula madrasah negeri setingkat SMP. Sambil mengguncang-guncang telapak tanganku, Pak Sikumbang, Kepala Sekolahku memeberi selamat karena ujianku termasuk sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Agama (hal 5).”

London, Desember 2003.
“Gigiku gemeletuk. London yang berangin terasa mengigil dari Washington DC. Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Setelah kami mengarahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan do’a, Tuhan mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing. (hal 405)”

3.    Tokoh dan Penokohan
Adapun tokoh dan penokohan pada novel tersebut adalah :
a.    Alif (tokoh utama) dalam novel ini adalah tokoh yang protagonis. Alif digambarkan sebagai sosok generasi muda yang penuh motivasi, bakat, mau belajar, bersungguh-sungguh, selalu ingin perubahan, semangat untuk maju dan tidak mudah pasrah.
b.    Baso, yang berperan sebagai tokoh protagonis. Baso merupakan teman Alif yang rajin dan paling disiplin jika disuruh ke masjid.
c.    Raja dalam novel ini juga sebagai tokoh protagonis, teman Alif sesama sahibul menara.
d.   Said dalam novel ini juga sebagai tokoh protagonis, teman Alif sesama sahibul menara.
e.    Dulmajid dalam novel ini juga sebagai tokoh protagonis, teman Alif sesama sahibul menara.
f.     Atang dalam novel ini juga sebagai tokoh protagonis, teman Alif sesama sahibul menara.
g.    Ustad Salman dalam novel ini sebagai tokoh protagonis. Wali kelas Alif, laki-laki muda bertubuh kurus, bersuara lantang, dan selalu memotivasi santri-santrinya dalam segala hal yang positif.
4.    Latar/Setting
a.    Latar tempat
Latar tempat dari novel ini yaitu Pondok Pesantren Madani. Dapat dilihat pada kutipan novel berikut :
“Pondok Madani diberkti oleh energi yang membuat kami sangat menikmati belajar dan selalu ingin belajar berbagai macam ilmu. Lingkungannya membuat orang yang tidak belajar menjadi orang aneh. Karena itu cukup sulit menjadi pemalas di PM. (hal. 264)”
b.      Latar waktu
Latar waktu yang terjadi pada novel ini adalah banyak yakni pagi, siang, sore dan malam.

5.    Sudut Pandang
Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata aku.
Kutipan Novel :
“Aku baca suratnya sekali lagi. Senang membaca surat dari kawan lama. Tapi aku juga iri. Rencana masuk SMA-nya juga rencanaku dulu. Aku menghela napas dan menatap kosong kepuncak pohon kelapa. Aku tidak boleh terlambat lagi. Aku kapok jadi jasus. Aku jera menjadi drakula. (hal. 102-103)”

6.    Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini sangat inspiratif. Dari tiap kata-katanya kita merasakan kekuatan pandangan hidup mendasari bangkitnya semangat untuk mencapai harga diri dan prestasi.
Dapat dilihat kutipan novel berikut :
“Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Aku melihat awan yang seperti benua Amerika, Raja bersikeras awan yang sama berbentuk Eropa, sementara Atang sangat percaya bahwa awan itu berbentuk Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedang Said dan Dulmajid awan itu berbentuk peta negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak takut bermimpi. Meski juga kami tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi lihat hari ini, setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan impian, kini hidup yang nyata.”

7.    Amanat
Adapun amanat dalam novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi pembaca untuk tidak mudah putus asa dalam hidup dan dimanapun kita berada semoga selalu bermanfaat bagi diri kita sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat, bangsa dan agama. Serta selalu membuat perubahan positif pada diri melalui rencana dan impian hidup yang telah ditentukan.
Seperti kutipan berikut ini :
“Jangan pernah remehkan impian walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar